...
Mimpi pertamaku itu
adalah Toraja!
...
Travellovers,
setiap orang pasti punya destinasi impiannya masing-masing, baik itu destinasi
dalam negeri maupun destinasi luar negeri, iyakan travellovers? Seperti abang
yang mempunyai mimpi bisa menginjakan kaki di Tana Toraja dan bisa mengunjungi
Desa Wisata Ke’te Kesu’. Travellovers tau dong pastinya yah ...
Entah
mengapa Tana Toraja memiliki daya tarik yang sangat luar biasa bagi abang. Ditambah
sejauh ini perjalan abang hanya masih sekitaran Pulau Jawa. Dan ini pun
pengalaman pertama abang menaiki “burung besi”. Pengalaman pertama? Yap jadi abang
pun harus cari tau bagaimana cara beli tiketnya, cek harga tiket yang cocok
dengan kantong, dan tentunya cara naik pesawat. *moonmaap yaa abang katrok hehe
Perjalanan
abang ini sendirian dan baru akan bertemu teman di Toraja. Jadi agak gereget.
Mulailah dengan mencari tiket pesawat Jakarta-Makassar yang sesuai dengan isi
kantong.
Setelah kurang lebih 2 jam melayang-layang
bersama burung besi, mendaratlah abang di Bandara Internasional Sultan Hassanudin
Makassar. Yap, kita harus ke Makassar dulu baru bisa ke Toraja. Karena sampai
hari ini belum ada penerbangan Jakarta – Toraja. Sesampainnya di Makassar dan
masih siang, abang menyempatkan untuk isi perut dengan makanan khasnya yaitu
Coto Makassar.
Perjalanan
Makassar – Toraja itu membutuhkan waktu 8-9 jam menggunakan bus. Sebenernya
menurut info ada penerbangan lokal Makassar – Toraja, tapi penerbanganya jarang
sekali. Jadi abang memilih jalur darat menggunakan bus. 8-9 jam jarak tempuh Makassar
– Toraja sama seperti jarak Jakarta – Yogyakarta menggunakan Kereta Api
Ekonomi. *hehe
Travelovers, abang menggunakan Bus Primadona, Makassar - Toraja
Karena jarak tempuh yang jauh jadi abang
memilih bus malam biar bisa tidur di bus dan sampai di Toraja itu pagi,
langsung lanjut traveling deh. Ohiya buat kalian yang sering mabuk disarankan
membawa obat-obatan yah. Selain karena jauh dan angin malam, jalurnya pun turun
naik bukit. Jadi yang belum terbiasa mungkin akan mabuk perjalanan. *agak ngeri sih aslinya wkwk
Tepat
pukul 07.00 WITA sampailah abang di Perwakilan Bus Rantepao. Nah, Rantepao
merupakan nama sebuah kecamatan di Kabupaten Toraja Utara dan merupakan salah
satu basis pariwisata di Tana Toraja. Tanpa basa basi abang di jemput teman abang
yang asli orang Toraja. Diajaknya abang sarapan terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perjalanan.
Travellovers, karena sebagian
besar penduduk Toraja itu beragama Kristiani jadi jangan aneh ya kalau kita
banyak menemukan rumah makan dengan menu olahan daging Babi. Tapi tenang banyak
juga kok yang halal dan biasanya ada tulisanya di depan kiosnya.
Travellovers, selamat datang di Objek Wisata Ke'te' Kesu'
Setelah
sarapan dan bersih-bersih diajaklah abang mengunjungi tempat yang sangat abang
impikan. Sebelumnya abang hanya bisa melihat tempat ini dari gambar-gambar di
internet dan media-media yang meliput keelokan tempat yang pernah meraih
predikat “Kampung Adat Terpopuler” pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API)
2017. Ada yang tau nama tempat ini? Yap
Desa Adat Ke’te Kesu’.
Indah banget kan travellovers Desa Adat Ke'te' Kesu'
Desa Adat Ke’te Kesu’ ini berada
di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja
Utara, Sulawesi Selatan. Kurang lebih 5 km dari pusat kota Rantepao menggunakan
jalur darat. Untuk sampai disini kalian bisa menggunakan transportasi umum
seperti angkutan umum (angkot), ada juga bemo dan ojek. Atau kalian mau sewa
mobil atau motor pun tersedia disini. Jadi jangan khawatir yaa travellovers .
Rasanya masih kayak mimpi bisa menginjkana kaki di Desa Adat Ke'te' Kesu'
Masih
seperti mimpi ketika abang dapat menginjakan kaki di Desa Adat Ke’te Kesu’.
Memandangi setiap sudut bangunan yang diyakini sebagai salah satu tempat yang
menjadi saksi cikal bakal sejarah keberadaan masyarakat di Tana Toraja.
Terpesona dengan indahnya arsitektur Tongkonan dan menikmati keramahan warga
sekitar.
Ini dia Tongkonan travellovers. Rumah adat masyarakat Toraja
Tongkonan merupakan rumah adat
masyarakat Toraja yang berbetuk panggung dan memiliki ciri khas atap melengkung
menyerupai perahu. Di desa adat yang sudah di akui dunia melalui UNESCO sebagai
Cagar Budaya Warisan Dunia ini terdapat 6 Tongkonan dan 12 lumbung padi yang
usianya sudah ratusan tahun. Selain itu, disini kita bisa melihat Makam Goa dan
Makam Tebing yang usianya pun sudah ratusan tahun. Dan menurut informasi,
pemakanan tertua di dunia pun berada di Desa Wisata Ke’te Kesu’ ini.
Ini dia Makan Goa travellovers
Kalau ini Makam Tebing travellovers
Masuk ke desa wisata ini kalian akan
dikenakan biaya retribusi tempat rekreasi dan olahraga sebesar Rp. 15.000,-.
Alhamdulillahnya pas abang datang kesini, pengunjungnya sepi. Jadi abang bisa
foto tanpa harus menunggu sepi dulu *wkwk, tapi sayangnya abang ngga
bisa melihat upacara adat penghargaan
kepada leluhur dan pemakaman Rambu Solo yang biasanya dilaksanakan di Desa
Wisata Ke’te Kesu’ antara bulan Juni hingga Desember. *Sabar yaa bang
hufh!
Pemakaman Rambu Solo merupakan upacara pemakaman yang
dimaknai sebagai penyempurnaan kematian seseorang. Selain itu Rambu Solo juga
bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah seseorang yang telah mati ke
alam roh yang biasanya warga sekitar menyebutnya “puya”. Selain itu, mereka
mempercayai hingga upacara adat Rambu Solo’ ini dilaksanakan, jenazah akan
dianggap sedang sakit atau lemah sampai upacara adat sempurna selesai
dilaksanakan.
Nah ini fungsi lain dari Tongkonan yah, untuk menyimpan hasil panen dan juga tulang belulang hewan
Selain Tongkonan dan upacara adat Rambu Solo’, kita
akan melihat makam yang berada di goa dan tebing, dan ada beberapa makam khusus
yang merupakan makam para Bangsawan di Tana Toraja. Selain itu juga ada
makam-makam orang berpengaruh yang dapat dilihat disepanjang jalan menuju makam
goa.
Ini papan pengumuman untuk para pengunjung travellovers. Termasuk larangan menyentuh atau memindahkan tulang belulang yang ada di Makam Goa dan Makan Tebing.
Setiap tempat pasti mempunya adat istiadat yang harus
kita tau dan patuhi. Begitupun disini, kalian diizinikan untuk mengambil gambar
bahkan di dekat makam dan sekitaran tengkorak atau tulang belulang, tapi kalian
tidak boleh memegang, memindahkan, apalagi mengambil apapun dari tempatnya.
Selain itu juga kalian dilarang untuk mecoret-coret apapun yang ada disitu, jika
kalian melanggarnya bukan liburan yang kalian dapatkan tapi sangsi adat yang
kalian terima. Be smart traveler guys.
Nah itu sedikit cerita tentang salah satu destinasi
impian abang, yaitu Tana Toraja. Kalau travellovers gimana nih, apa destinasi
impian kalian? jangan lupa menabung yah biar cepat terealisasi resolusi
travellingnya. Semangat travellovers!
Alamat :
Desa Adat Ke’te Kesu’
Kampung Bonoran, Kelurahan
Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
HTM : Rp. 15.000/orang`
32 Comments
Untuk ukuran luar Jawa, 15.000 itu tergolong murah banget lho
ReplyDeleteWah iyaah iyaah kak . hihi
DeleteSuAtu kebanggaan tersendiri bisa kesini, semoga suatu hari bisa kesini, bisa melihat secara langsung bukti sejarah yg mendunia.
ReplyDeleteIyaa abang alhamdulillah bisa kesini juga akhirnyaa hehe
DeleteSuatu kebanggaan tersendiri,bisa lihat secara langsung bukti sejarah dan adat yang mendunia.
ReplyDeleteIyaa abang :D
Deletesebenernya acara rambu solo’ dilaksanain gk cuma di ke’te’ kesu’ aja. kadang kalo pas hoki, pas lagi jalan2 ke daerah toraja utara, masuk batutumonga bisa dapet acara rambu solo’. hehehe
ReplyDeletedan yang paling deket itu tgl 1-10 junj kalau gk salah ada acara rambu solo salah satu bangsawan disana, tgl 21 ada peresmian pasar hutan bambu Toraja, panen kopi di daerah sesean... Full deh acara bulan juni ini hehehe
Wah terima kasih kak Putri infonyaa.
DeleteIyaa nih salah momen kesininyaa hehe
Jadi nggak dapet acara adatnyaa deh huhu
Wah, keren banget nih. Btw, penginapan di sana gimana ya? Kalau saya ke sana, nggak bisa nebeng temen, lha nggak ada.
ReplyDeleteWah tenang kak disana banyak penginapan kok. Kalau mau di Rantepao aja, ada hotel-hotel mini juga adaa hehe
DeleteMantab sekali kete kesu, rumah tongkonan Toraja nya bener-bener Instagramable. Jadi ingin kesana setelah baca ini.
ReplyDeleteBanget kak. Incaran wisatawan yang dateng. Biar bisa foto diantara Tongkonan 😀
DeleteWah memperoleh predikat kampung adat terpopuler ya. Keren banget bisa sampai sana, aku msh blum sempat nih.
ReplyDeleteSemangat kaka, pasti bisa kok 😀
DeleteYa ampuuun Toraja lagi
ReplyDeleteTempo hari baca tentang Patung Yesus tertinggi
Sekarang tentang Desa Adat Kete Kesu
Bikin aku makin pengen ke Toraja euy
Kapan ya bisa ke sana?
Hahah semangat kaka Putu, pasti bisa kok ke Toraja 😀
DeleteMurah benar masuk ke tempat ini retribusinya hanya 15K ya. Senangnya Bang Ipul bisa langsung pepotoan dekat lumbung padi yg usianya udah ratusan tahun. Rumah Tongkonan itu ternyata masuk warisan budaya internasional juga ya, wah mesti dilestarikan.
ReplyDeleteIyaah teh murah yaah. Duh langsung kalap banget teh, langsung weh pefotoan wkwk
DeletePesona Kete Kesu ini memang luar biasa. Namun seperti yang kamu bilang, tempat ini kerap ramai.
ReplyDeleteNah, buat yang ingin mendapat pemandangan indah tobgkonan tanpa harus "antri", kalian bisa mampir ke Desa Palawa. Di sana ada juga deretan tongkonan seperti ini dan masuknya gratis lho :)
Wah terima kasih banyak abang informasinya :)
DeleteEmsng seru ya ke sini.. salah satuanya melatih kesabara nunggu sepi utk foto. Kalau pas dapat sepi beruntung banget.
ReplyDeleteIyaah bang, beruntung banget pokoknyaa haha
DeleteAsil banget bisa main ke Kete Kesu. Butuh berapa hari bang biar puas di Toraja?
ReplyDeleteAsik banget dong kak. Wah berapa yaah, minimal 1 minggu lah yaah hhee
DeletePengen bisa ke Tana Toraja. Melihat budaya mereka sekaligus menikmati kopi Toraja yang mendunia
ReplyDeletePasti bisa dong kak. Semangat yaah kak :)
Deletedulu punya souvenir tongkonan mini, sayangnya rusak pas pindahan rumah beberapa kali
ReplyDeleteitu aja udah terkagum2 dengan motif ukirannya bgmn yang asli ya..
Wah akan lebih bahagia kalao bisa mengunjunginya langsung kak hehe
DeleteToraja masih termasuk destinasi impianku. Belum pernah padahal udah 2 kali ke Makassar. Penasaran banget sama culture dan masyarakatnya.
ReplyDeleteSemangat kaka, musti diniatin banget emang kak, apalagi kalo udha sampek di Makassar tanggung banget hehehe
DeleteIjin save ya gambarnya kak
ReplyDeleteBuat thumnail youtube
Ijin save ya kak
ReplyDeleteUntuk thumbnail youtube