Yuhuu
sobat jalan-jalan, abang lanjut yaah serunya mengikuti Famtrip Musi &
Beyond Palembang 2020. Ohiya, buat sobat jalan-jalan yang belum baca cerita
sebelumnya, wajib banget baca dulu yah, karena nanti kebingungan sendiri lagi ~
uhuy. Nih kalian klik aja link ini yah buat baca part satunya:
Famtrip Musi & Beyond Palembang 2020: Akhirnya Nyobain Pempek dari Asalnya!
DAY
2 – 6 Feruari 2020
Jembatan
Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera)
Akhirnya abang bisa lihat megahnya Jembatan Ampera
Hari
ke-2 dimulai! Setelah sarapan seluruh peserta Famtrip Musi & Beyond
Palembang 2020 menuju Jembatan Ampera. Sobat jalan-jalan pasti udah hafal
banget dengan bentuk jembatan ini, tapi abang yakin masih sedikit yang tahu
kalo Ampera ini merupakan kepanjangan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Hayoo,
benerkan banyak yang baru tau kalo ini kepanjanganya?
Mamak Uniek dan Mbak Erny reuni Sueger Famtrip Jember
Akhirnya
abang bisa liat Jembatan Ampera dari deket, yaa deket banget! Salah satu bucket
list selama di Palembang. Masih nggak percaya sih, karena biasanya cuma
liat dari gambar atau postingan orang, eh sekarang abang bisa foto-foto dengan background Jembatan Ampera. Yuhuuu~
Tapi
pagi tujuan kita bukan untuk explore Jembatan Ampera, melainkan nunggu kapal
wisata yang akan mengantarkan seluruh peserta Famtrip Musi & Beyond
Palembang 2020 ke destinasi wisata religi dan sejarah. Okei lanjut yah~
Makam
Sultan Mahmud Badaruddin 1 (Kawah Tekurep)
Ini dia bagian depan Komplek Makam Sultan Mahmud Badaruddin 1
Destinasi
pertama yang akan dikunjungi adalah Komplek Makam Sultan Mahmud Badaruddin 1
atau sering disekut Kawah Tekurep. Makam ini beralamatkan di Kelurahan 3 Ilir,
Kecamatan Ilir Timur II Palembang, berjarak sekitar 100 meter dari tepian Sungai Musi. Betul, kita
harus mengarungi Sungai Musi dulu untuk sampai kesini.
Ini kubahnya yang seperti wajan terbalik
Makam
Sultan Mahmud Badaruddin 1 ini masuk kedalam Kawasan Cagar Budaya yang ada di
Palembang. Penamaan Kawah Tekurep ini berasal dari atap bangunan makam yang
berbentuk cungkup (kubah) atau seperti wajan terbalik berwana hijau. Ohiya,
Sultan Mahmud Badaruddin ini adalah seorang sultan dari Kesultanan Palembang
yang memerintah antara 1724-1757.
FYI yaa
sobat jalan-jalan, Makam Kawah Tekurep ini dibangun pada tahun 1728 dengan
menggunakan tiga unsur, yaitu kapur pasir, putih telur, dan batu. Komplek
pemakanan ini pun biasanya akan ramai menjelang bulan suci ramadan, karena
biasanya di pemakaman ini diadakan haul dan ziarah kubra.
Makam
Sabokingking
Selamat datang di Makam Ratusinuhun Sabokingking
Lanjut
wisata religinya yah sobat jalan-jalan, selanjutnya adalah Makam Sabokingking
yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Makam Kawah Tekurep. Tepatnya di Kelurahan
Sungai Buah, Kecamatan Ilir Timur 1, Kota Palembang. Makam Sabokingking
merupakan komplek pemakaman raja pertama yang memerintah Palembang.
Salah satu makam yang ada di Sabokingking
Sabokingking
di pimpin oleh seorang raja yang bernama Pangeran Sido Ing Kenayan. Pangeran
ini berasal dari Jawa dengan istrinya yang bernama Ratu Sinuhun. Kerajaanya beridiri
sekitar tahun 1616-1628.
Makam
Ki Gede Ing Suro
Bagian depan Makam Gede Ing Suro
Bentuknya kayak candi yah~
Nah
masih ada satu makam lagi yang harus kita kunjungi yaitu Makam Ki Gede Ing Suro
yang merupakan putra dari Ki Gede Ing Lautan, salah satu dari 24 bangsawan dari
Demak yang datang ke Palembang setelah terjadi kekacauan di kerajaan islam
terbesar di Pulau Jawa. Asli, komplek pemakaman ini mirip banget candi loh, dan
ada 34 makam yang ada disini. Makam Ki Gede Ing Suro ini beralamat di Jalan
Ratu Sianum Lorong H Umar, Kelurahan Ilir Timur II Palembang.
Kampung
Arab Al Munawar
Salah satu jalan di Kampung Arab Al Munawar
Puas
keliling makam, selanjutnya kita melipir ke Kampung Arab Al Munawar. Pasti udah
banyak yang tahu yah dengan tempat ini. sebelum keliling kita disuguhkan kopi
hitam dengan kue. Langsung seger nih mata haha.
Salah satu spot yang abang suka di Kampung Arab Al Munawar
Abang
suka banget sama arsitektur bangunan di Kampung Arab Al Munawar ini.
Bangunan-bangunan bertingkat dengan jendela-jendela kayu di lantai dua. Menurut
informasi, Kampung Arab Al Munawar ini dihuni sekitar 30an KK yang terdiri dari
berbagai keturunan, seperti keturunan Assegaf, Al-Habsy, Al-Kaaf, Hasny, dan
Syahab.
Makan
Siang Pindang Patin Mbok War
Ini bagian depan RM Terapung Mbok War
Yess,
yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, makan siang! Makan siang kali ini
masih di Sungai Musi tepatnya di bawah Jembatan Ampera. Rumah Makan Terapung Mbok War
merupakan rumah makan yang lokasinya ada di atas Sungai Musi yang terkenal dengan
menu Pindang Patinnya. Teruntuk kalian penyuka olahan Ikan Patin ini lokasinya.
Pindang Patin yang terkenal di RM Terapung Mbok War
Tenang, ada lalapan dan buah pisangnya juga kok~
Sebenernya
abang bukan penyuka ikan, tapi abang penasaran banget sama menu ini. Jadilah
abang pesan juga Pindang Ikan Patin. Rasa kuahnya emang seger banget, asli.
Tapi emang bener abang nggak terlalu suka ikan, akhirnya cuma icip sedikit
abang kasih ke temen deh hehe dan minta ganti menu ke ayam goreng hehe. Payah
yah abang nggak tau makanan enak wkwk
Kampung
Kapitan
Yuk masuk ke Kampung Kapitan
Perut
kenyang, mata ngantuk, manusiawi yah~ Eh tapi belum waktunya tidur yah, karena
kita harus mengunjungi Kampung Kapitan. Lokasinya bersebrangan dengan dermaga
penyebrangan atau lengkapnya di Dermaga, Jl. KH. Azhari,
7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Di
Kampung Kapitan ini sedang dilaksanakan perayaan Cap Go Meh.
Sebagian peserta Famtrip Musi & Beyond Palembang 2020
Kampung
Kapitan ini dahulunya merupakan tempat pertama kalinya warga Tionghoa tinggal
pada masa penjajahan Belanda. Ada banyak benda-benda peninggalan zaman dahulu, seperti
foto-foto dan ornamen dengan ciri khas warna merah.
Masjid
Cheng Ho
Akhirnya sampai juga di Masjid Cheng Ho
Sebenernya
ada beberapa destinasi di itinerary yang gagal dikunjungi, dan sesuai
kesepakatan bersama akhirnya kita mengunjungi Masjid Cheng Ho. Pasti udah
banyak yang tahu dengan masjib bergaya oriental ini. Yaps lokasinya emang nggak
jauh dari Stadion Jakabaring, tempat perhelatan Asian Games 2018 Jakarta –
Palembang, atau lengkapnya di 15 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang,
Sumatera Selatan. Masjid
ini emang unik banget dari gaya bangunannya, didominasi warna merah tetapi
tetap mewah dan megah. Masjid ini dibangun atas prakarsa Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) Palembang. Lengkapnya masjid ini bernama Masjid Al
Islam Muhammad Cheng Ho.
Nyobain
Martabak HAR
Uww ini dia Martabak HAR yang terkenal itu~
Malam
pun tiba, setelah bersih-bersih kita pun melanjutkan perjalanan menuju Pulau
Kemaro untuk menyaksikan perayaan Cap Go Meh. Eh tapi sebelum kesana kita
diajak untuk Nyobain Martabak HAR. Selain pempek, Palembang pun terkenal dengan
Martabak HAR yang merupakan kepanjangan dari Haji Abdul Razak (HAR).
Kalau ini sudah diguyur dengan kuah kari yaah
Abang
sih bilangnya ini martabak telur yah haha, tapi emang isisnya dua buah terlur
sih, kalian tinggal pilih aja mau telur ayam atau telur bebek. Dalam
penyajiannya, Martabak HAR ini diguyur dengan kuah kari kental. Dan untuk
kalian yang suka pedas boleh ditambah dengan siraman cabai yang sudah menyatu
dengan kecap asin.
Ini dia porsinya abang ehehe
Over
all, menurut abang sih “B” aja hehe. Yaa mungkin lidah abang lidah Sunda dan
Betawi yah, yang terbiasa dengan makanan gurih dan pedas. Jadi rasa Martabaknya
ini biasa aja hehe. Yaa maklum selera orangkan beda-beda yah hehe. Eh tapi
jangan salah yah, Martabak HAR ini rame pake banget, apalagi pas jam-jam makan
siang dan malem, uh jangan harap dapet tempat duduk hehe.
Puncak
Perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro
Salah satu sisi di Pulau Kemaro
Kenyang
yaah, Alhamdulillah ... Lanjut perjalanan ke Pulau Kemaro untuk menyaksikan
puncak perayaan Cap Go Meh. Salah satu yang bikin abang bahagia adalah, abang
terpilih mewakili peserta Famtrip Musi & Beyond Palembang 2020 untuk makan
malam bersama para pejabat Kota Palembang di Kapal Mewah Puteri Kembang Dadar.
Entahlah mimpi apa bisa makan bareng dengan mereka. Hehe
Dan ketemu deh sama Omndut. Ada yang kenal sama orang ini? :p
Malam
itu pun bisa ngerasain menyusuri Sungai Musi di malam hari yang cerah berabur
bintang. Dari kejauhan suara petasan dan cantiknya kembang api mewarnai langit
Palembang. Cantik dan nggak bisa diceritakan dengan kata-kata. Sesekali melihat
hilir mudik kapal-kapal lain yang membawa penumpang dari dan akan ke Pulau
Kemaro.
Cantiknya kembang api dilangit Palembang saat perayaan Cap Go Meh
Pulau
Kemaro merupakan delta kecil di Sungai Musi yang terletak sekitar 6 km dari
Jembatan Ampera. Di pulau ini terdapat Pagoda berlantai 9, Makam putri
Sriwijaya, Klenteng Hok Tjing Rio dan masih banyak peninggalan-peninggalan
bersejarah lainnya.
Ini dia pagoda yang ikonik di Pulau Kemaro
Pulau
ini penuh, iya pulau ini sangat penuh saat perayaan Cap Go Meh. Terlihat
masyarakat yang sedang merayakan Cap Go Meh dengan suka cita, berdoa dan
memenuhi semua sisi di Pulau Kemaro. Pemandangan sekaligus pengalam baru buat
abang.
Pemandangan masyarakat yang sedang berdoa
Ada pertunjukan wayang orangnya juga loh~
Hingga
pukul 00.00 kita masih ada di Pulau Kemaro ini. Rasanya, makin malam makin
ramai aja pulau ini. Samapi akhirnya panitia menyuruh kita balik lagi ke hotel
karena masih ada agenda di hari ketiga besok. Saking lelahnya dengan agenda
hari ini, abang sempat tertidur di kapal kayu menuju dermaga. Lelah, tapi
bahagia. Definisi perjalanan hari ini.
Okei
ternyata cerintanya masih panjang, jadi abang buat part 3-nya hehe. Semoga
sobat jalan-jalan nggak bosan bacanyaa yah~ See you on part 3 Famtrip Musi
& Beyond Palembang 2020.
13 Comments
Wadoohh malem-malam gini malah liat foto makanan. Langsung laperrr. Hahaha. Aku belum pernah ke Palembang nih. Kalau ke Sumatera seringnya ke Bangka karena itu kampung orangtua. Pengin deh kapan-kapan ke Palembang dan langsung icip pempeknya :D
ReplyDeleteHonestly aku sendiri belom pernah ke Kawah Tengkurep dsb. Cuma lewat doang dan gak pernah masuk. Hehe.
ReplyDeleteMartabak HAR bagi orang luar mostly B aja karena emang telor dan kuah. Nah kalo mi celor ada yang sampe tergila-gila biasanya lol
Btw orang kaos merah perutnya gak kontrol ya. Untung keren muahahaha
Iya bang aku ngaku baru tau Ampera itu kepanjangannya adalah Amanat Penderitaan Rakyat hehe. Dari baca artikel ini aku jd tau deh dan semakin membuat menggebu2 pengen ke Palembang. Anw part 2 semakin seru aja bang hehe, cant wait to see part 3 nya yah bang ;).
ReplyDeleteWaaa aku angkatan pujangga lama jadi taulah apa kepanjangan Ampera tuu. Seru kali perjalanannya palagi pas bagian kuliner jadi pengen coba rasa otentik pindang patin.
ReplyDeleteWah jadi kepengen ke Palembang baca tulisan Ipul. Dulu kesaana gak selengkap ini deh. Ngiri pas makan pindang patin, ke akuin aja ikannya haha. kalau martabak Har di Bandung ada cabangnya. sama kok rasanya. Tapi kalau pindang ama mie celor waduh harus kesana
ReplyDeleteAmpera singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat rasanya masuk pelajaran deh 😀😀😀
ReplyDeleteDuh Palembang ini destinasi idamanku deh, kapan ya bisa kesana?
Waahh seru banget ni bacanya berasa ada disana, btw baru tau nih kalau Ampera itu ada kepanjangannya dan selama ini tidak mencari tahu kenapa dinamakan Ampera, baca artikel ini jadi tambah ilmu ��
ReplyDeleteseriously abis baca tulisan ini...bener2 bikin pengen ke palembang stela terakhir kepalembang pas masih sd dulu huhu
ReplyDeleteWih asyik banget ikutan event kayak gini
ReplyDeleteAku tuh nyesel banget, dulu sering bolak balik ke Palembang tapi gak pernah sempat ke Pulau Kemaro itu. Padahal tinggal nyebrang dikit aja ya
Habis pandemi pokoknya mau traveling ke Palembaaaaang
Dari destinasi di atas baru jembatan ampera dan masjid Cheng ho Yang pernah aku Kunjungi, hehe. Penasaran sama Pulau Kamerp
ReplyDeleteSerunya Palembaaang..
ReplyDeleteBanyak juga ya Destinasi Wisata dan Kuliner disana, jadi mau deh kapan-kapan merasakan jadi "Wong Kito" walau cuma beberapa hari :))
Udah lama banget pengen ke Palembang, tapi belum kesampean juga nih. Seru banget famtripnya Ipul. Aku belum ke tempat ini nih.
ReplyDeleteWah, lengkap ya jalan-jalannya. Palembang ini kampung halaman Ayahku. Waktu kecil beberapa kali ke Palembang. Tapi kayaknya enggak jalan-jalan ke makam-makam.
ReplyDelete